Matapena dari Masa ke Masa


Oktober 2010
Gelak tawa terdengar di ruangan 3x4 m yang biasa dipakai mangkal anak2 bem fib. Aku yang terbiasa mangkal disana tersirat ide untuk membikin PKM(Program kreativitas mahasiswa). Berhubung PKM ku terkait masalah sastra, Pak pres Bem pada saat itu, mas dimas menyarankanku tuk meminta Pak Yusri Fajar menjadi dosen pembimbing. Setelah ku bertanya, ternyata beliau adalah lulusan segar dari Jerman. Sudah, tanpa piker panjang ku catat namanya dalam otak. Esok hari ku mencari pak Yusri, terdengar kabar beliau mengajar di ruang 1.1 gedung belakang rektorat. Sudah ku pergi langsun g ke sana, dan ternyata kelas sudah kosong. Selang beberapa menit ku berpapasan dengan mas Dimas, dan dia mengatakan kalau pak Yusri baru saja lewat disampingku ketika ku bengong melihat kelas kosong. Langsung saja ku kejar beliau, dan dalam kesempatan pertama bertemu dengan dosen yang besok menjadi akrab dengan ku, ku tanyakan maksudku untuk mejadikanya sebagai dosen pembimbing PKM. Ternyata tanpa ragu, beliau mengiyakan permintaanku. Sudah, bagaikan mendapat durian runtuh(agak lebai) ku langsung saja meminta nomernya. Dan dalam beberapa kesampatan, ku bertemu dengannya untuk membicarakan  masalah pkm sastraku. Diluar pembicaraan pkm,ternyata beliau punya ide untuk menghidupkan sastra di FIB. Masih teringat apa yang dikatakannya pada saat itu terkait tidak adanya komunitas yang bisa mewadahi anak-anak sastra untuk berekspresi menulis sastra, kritik sastra atau sekedar mendiskusikan sastra dalam forum kecil. Selain itu, beliau juga bercerita terkait pernah adanya wadah sastra yang bernama Mata Pena. Namun karena waktu yang tak lagi mau setia, mata pena menjadi layu dan tak terdengar gaunya.

November 2010
Senja begitu indah menampakkan wajahnya, seindah wajah-wajah yang hadir didepan mataku. Masih saja ku ingat, senja di hri Jumat terdapat pertemuan perdana Matapena. Pak Yusri yang pada sore itu menjadi pembicara diskusi begitu jelas membicarakan sastra di Indonesia dan membandingkanya dengan sastra yang ada di luar. Beberapa teman bertanya seperti mbak isa yang menanyakan masalah nasib sastra Indonesia ke depan menghadapi Globalisasi. Yang tak dapat dilupakan, pada pertemuan pertama matapena , teman2 2008 seperti mas bembi, ook, sule, dkk begitu antusias mengikuti kajian. Beberpa teman 2009 seperti dita, halla, henny, nufus, fitra, sam juga sangat menikmati acara. Sementara temn 2010 seperti atika, john, giant, ulin dan berapa teman-teman yang belum saya sebutkan namanya juga begitu tertarik mengikuti kajian di sore itu. Dan telah diputuskan bahwa pada sore ini, matapena hidup lagi meskipun agendaanya Cuma mengadakan diskusi sastra di jum’at  senja.

Desember 2010
Isu pendirian UKM berhembus dalam tubuh matapena, beberapa teman seperti mas dimas selaku ketua bem menyarankan pada matapena untuk segera memproklamasikan kemerdekaanya sebagai ukm yang utuh. Namun beberapa penikmat penaa seperti bang ook dan mbak dita, belum siap untuk menjadikan MP sebagai ukm. Alasanya jelas, karena anggotanya masih belum jelas dan para pejuangnya pun belum biasa merancang AD/ART yang baik. Setelah mempertimbangkan dengan pak yusri, beliau juga menyatakan kalau matapena masih menjadi komunitas atau paguyuban sastra yang tak terikat dengan Fib. Sudah saja, kita menjalani takdir untuk menjadi komunitas dalam beberapa hari ke depan. Meski begitu, kegiatan matapena di kala senja tetaap jalan meski pecinta pena yang datang Cuma segelintir orang.

Bersambung.....

Komentar

Postingan Populer