Malam Sastra Tribute to Chairil Anwar "Di Garis Batas Pernyataan dan Impian"
Ada yang berbeda dengan hall
Fakultas Ilmu Budaya di hari Kamis, 22 Oktober 2015. Malam itu, tepatnya pukul
18.00 WIB, tergantung balon-balon mengkilap abu-abu layaknya melayang di
langit-langit. Tulisan menggantung MALAM SASTRA beserta papan tulis kapur di
sebuah sudutnya menjadi pemanis panggung yang sederhana itu. Dengan hamparan
karpet yang tidak terlalu luas, orang-orang duduk memerhatikan pertunjukkan
sembari menikmati hidangan makanan ringan yang disediakan oleh panitia di
wadah-wadah lipatan kertas berwarna cokelat.
Begitulah
sekiranya gambaran suasana ketika Malam Sastra diadakan. Sudah tidak terasa sudah
kesekian kalinya acara Malam Sastra diadakan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa Mata
Pena FIB. Malam Sastra ini adalah gabungan dari kali kedua dan ketiga di tahun
2015. Oleh karena itu, penyelenggaraannya begitu spesial dan berbeda dari Malam
Sastra sebelumnya.
Chairil
Anwar dipilih sebagai tokoh sastrawan yang diapresiasi dengan tema acara bertajuk
“Di Garis Batas Pernyataan dan Impian” yang merupakan penggalan frase di puisi
ciptaan Chairil Anwar “Kerawang-Bekasi”. Melalui tema ini diharapkan
teman-teman semua bisa menjadi pribadi yang berkeyakinan teguh dalam meraih
cita-cita.
Untuk
kali pertamanya, Malam Sastra diadakan tidak hanya untuk mengenang tokoh sastra
dan apresiasi karya, namun juga sebagai ajang menumbuhkan semangat kompetitif
dan penyalur bakat serta minat. Ya, karena Malam Sastra tribute to Chairil
Anwar ini juga mengadakan lomba baca puisi khusus untuk mahasiswa baru 2015
Fakultas Ilmu Budaya. Puisi yang dibawakan adalah khusus ciptaan Chairil Anwar
karena lomba ini merupakan bentuk kenang dan penghargaan kepada sang tokoh sastra
legendaris itu.
Acara
dibuka dengan sambutan hangat dari kedua master
of ceremony kita, kak Cesa dan kak Armita. Dilanjut dengan lantunan sebuah
lagu dari Maria dan Marcell. Setelah itu, ada sambutan yang disampaikan oleh ketua
pelaksana kita, kak Luly Prastuty dan wakil ketua Mata Pena, kak Zulham Afandi.
Dan pada akhirnya yakni acara yang paling ditunggu-tunggu, lomba baca puisi pun
dimulai.
“Antusiasme
para peserta luar biasa dan ini bisa dilihat dari jumlah peserta yang melebihi
kuota. Kami sebenarnya memberi kuota 15 peserta, namun melihat semangat
teman-teman semua, jadi kami menyilakan peserta yang mendaftar hingga total
peserta keseluruhan menjadi 17 orang.” Tukas ketua pelaksana.
Penampilan
silih berganti, tentunya dengan daya tarik dan keunikan masing-masing. Para
penonton dan supporter setia menyaksikan. Walaupun kondisi hall pada saat itu
sedang ramai sehingga tampak tidak kondusif, namun tidak menyurutkan semangat para
peserta membawakan puisi yang telah disiapkannya. Penilaian dilakukan langsung oleh
dua dewan juri yakni Pak Nanang yang merupakan dosen Pendidikan dan Sastra
Bahasa Indonesia dan Mbak Linda yakni ketua Mata Pena FIB periode awal.
Sekitar
satu jam lebih lima belas menit para peserta membawakan puisinya. Selanjutnya
acara dihidupkan oleh musikalisasi yang dibawakan kak Guntur, kak Bambang, dan kak
Fatah. Penampilan mereka berhasil membawa atmosfer sastra yang kian kental pada
acara Malam Sastra ini. Sebagai bentuk persembahan spesial teman-teman maba,
kak Lia dan kak Tiwi menampilkan sebuah teatrikal yang bertema tentang makna
kehidupan. Teatrikal yang singkat, namun penuh makna. Para peserta dan penonton
pun ikut hanyut di dalamnya.
Dan akhirnya adalah yang paling
ditunggu-tunggu, yakni pengumuman pemenang. Atas dasar berbagai kriteria
penilaian, maka dewan juri memutuskan:
Juara
1 Uswatun Hasanah no. Urut 9 Sastra Inggris
Juara
2 Rizqi Gilang Pratama no. Urut 4 Antropologi
Juara
3 Nuraini Fitriani no. Urut 7 Diksasindo
Selamat
bagi para pemenang! Bahagia dan garis senyum tidak henti-hentinya mengembang di
wajah mereka. Hadiah berupa uang tunai, sertifikat, dan tiket gratis Festival
Sastra 2015 berhasil masuk dalam genggaman mereka.
Selanjutnya
acara ditutup oleh penampilan meriah kak Guntur, kak Bambang, dan kak Fatah.
Semua ikut bergembira. Tampak seperti tidak ada malam yang lebih indah dari
Malam Sastra.
Malam
Sastra kali ini, dengan segala kekurangan dan kelebihannya, tampaknya berhasil
menjadi wadah semua orang untuk berbenah, mencari ilmu dan pengalaman. Semoga
untuk Malam Sastra selanjutnya akan lebih baik dan inspiratif lagi. Aamiin!
Untuk semua peserta lomba baca puisi, terus semangat dan jangan menyerah.
Selalu lakukan yang terbaik!
Kejarlah apa yang kau ikrarkan karena disitulah letaknya impian
Komentar
Posting Komentar